latest articles
Berita Terbaru :

Bukti Cinta Nabi Muhammad SAW

Bukti Cinta Pada Rosulullah SAW
Mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan semuanya mengaku ingin mencintainya, namun tidak semua pengakuan cinta dianggap benar dan tidak semua keinginan baik itu baik. Oleh karena itu diperlukan bukti dan tanda yang dapat dijadikan standar kebenaran pengakuan cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , sebab bila pengakuan tidak dibuktikan dengan bukti, maka tentulah banyak orang membuat kerusakan dan keonaran dengan pengakuan-pengakuan dusta, sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
لَوْ يُعْطَى النَّاسُ بِدَعْوَاهُمْ لَادَّعَى نَاسٌ دِمَاءَ رِجَالٍ وَأَمْوَالَهُمْ رواه البخاري و مسلم
Seandainya manusia diberikan semua pengakuannya tentulah banyak orang yang menuntut darah dan harta orang lain. HR  Al Bukhari, kitab Tafsier Al Qur’an no. 1487 dan Muslim kitab Al Aqdhiyah, Bab Al Yamien ‘Ala Al Muda’I no. 3228
Karena itu, wajib atas setiap muslim mengetahu bukti dan tanda kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengamalkan serta merealisasikannya dalam kehidupan sehari-harinya. Sebab bukti dan tanda-tanda tersebut menunjukkan kecintaannya yang hakiki sehingga semakin banyak memiliki bukti dan tanda tersebut maka semakin tinggi dan sempurna kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Diantara bukti dan tanda-tanda tersebut adalah:
1. Mencontoh dan menjalankan sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam .
Mencontoh, mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berjalan diatas manhaj beliau serta berpegang teguh dan mengikuti seluruh pernyataan dan perbuatan beliau adalah awal tanda cinta Rasul sehingga orang yang benar mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam secara lahiriyah dan batiniyah serta selalu menyesuaikan perkataan dan perbuatannya dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Anas bin Malik, beliau
radhiyallahu ‘anhu berkata:
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا بُنَيَّ إِنْ قَدَرْتَ أَنْ تُصْبِحَ وَتُمْسِيَ لَيْسَ فِي قَلْبِكَ غِشٌّ لِأَحَدٍ فَافْعَلْ ثُمَّ قَالَ لِي يَا بُنَيَّ وَذَلِكَ مِنْ سُنَّتِي وَمَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: Wahai anakkku, jika kamu mampu pada pagi sampai sore hari tida ada dihatimu sifat berkhiyanat pada seorangpun maka perbuatlah. Kemudian beliau berkata kepadaku lagi: Wahai anakku! Itu termasuk sunnahku dan siapa yang menghidupkan sunnahku maka ia telah mencintaiku dan siapa yang telah mencintaiku maka aku bersamanya disyurga. HR Al Tirmidzi, kitab Al Ilmu, Bab Ma jaa Fil Akhdzi bissunnah Wajtinaab Al Bida’ no. 2678
Orang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang semangat berpegang teguh dan menghidupkan sunnah dan itu diwujudkan dengan mengamalkan sunnahnya, melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya dalam pernyataan dan perbuatan serta mendahulukan itu semua dari hawa nafsu dan kelezatannya sebagaimana firman Allah :
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah:”Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah:24)
Menghidupkan sunnah dan mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam setiap langkah kehidupannya adalah bukti kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana juga menjadi bukti kecintaan kepada Allah. Allah berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah:”Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31)
Berdasarkan hal ini, kecintaan kepada Allah dan RasulNya menuntut konsekwensi mengamalkan hal-hal yang dicintai dan menjauhi yang dilarang dan dibenci dan tidak mungkin ada orang yang mencintai Rasulnya adalah orang yang tidak mau mengikuti sunnahnya atau bahkan melakukan kebid’ahan dengan sengaja.
2. Banyak ingat dan menyebutnya, karena orang yang mencintai sesuatu tentu akan
memperbanyak ingat dan menyebutnya dan senantiasa ingat kepadanya merupakan sebab sinambungnya kecintaan dan pertumbuhannya.
3. Menyampaikan sholawat dan salam kepada beliau untuk mengamalkan firman Allah:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QSAl-Ahzaab:56)
Dan hadits Nabi yang berbunyi :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَهَبَ ثُلُثَا اللَّيْلِ قَامَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ اذْكُرُوا اللَّهَ جَاءَتْ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ قَالَ أُبَيٌّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلَاةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلَاتِي فَقَالَ مَا شِئْتَ قَالَ قُلْتُ الرُّبُعَ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قُلْتُ النِّصْفَ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قَالَ قُلْتُ فَالثُّلُثَيْنِ قَالَ مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ قُلْتُ أَجْعَلُ لَكَ صَلَاتِي كُلَّهَا قَالَ إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dulu bila berlalu dua pertiga malam, beliau bangun dan berkata: Wahai sekalian manusia berdzikirlah kepada Allah, berdzikirlah kepada Allah. Pasti datang tiupan sangkakala pertama yang diikuti dengan yang kedua, datang kematian dengan kengeriannya, datang kematian dengan kengeriannya. Ubai berkata: Aku berkata: Wahai Rasululloh aku memperbanyak sholawat untukmu, berapa banyak aku bersholawat untukmu? Beliau menjawab: Sesukamu. Lalu Ubai berkata lagi: aku berkata: seperempat. Beliau berkata: terserah, tapi kalau kamu tambah maka itu lebih baik. Aku berkata: setengah. Beliau menjawab lagi: terserah, tapi kalau kamu tambah maka lebih baik bagimu. Maka aku berkata lagi: kalau begitu dua pertiga. Beliau menjawab: Terserah, kalau kamu tambah maka lebih baik bagimu. Lalu akau berkata: Saya jadikan seluruh (do’aku) adalah sholawat untukmu. Maka Rasululloh menjawab: Kalau begitu (sholawat) itu mencukupkan keinginamu (dunia dan akherat) dan Allah akan mengampuni dosamu. HR Al Tirmidzi , kitab Sifat Al Qiyaamh no. 2457 dan Syeikh Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shohihah (no.954) menyatakan: Sanadnya hasan karena perbedaan ulama yang terkenal tentang Ibnu Uqail.
Ibnu Al Qayyim rahimahullah menyatakan: Syeikh kami Abul Abas Ibnu Taimiyah rahimahullah ditanya tentang tafsir hadits ini, beliau menjawab: Ubai waktu itu memiliki doa yang digunakan untuk dirinya sendiri, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: Apakah ia menjadikan seperempat do’anya untuk bersholawat untuk beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau n berkata lagi: jika kamu tambah maka itu lebih baik bagimu. Ia menjawab: separuhnya. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: jika kamu tambah maka itu lebih baik bagimu. Sampai kemudian menyatakan: aku jadikan doaku semuanya untuk sholawat untukmu. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: kalau begitu itu mencukupkan kamu dari semua keinginanmu dan Allah mengampuni dosamu. Hal ini karena orang yang bersholawat satu kali untuk Nabi n akan mendapatkan sholawat dari Allah sepuluh kali dan siapa yang mendapat sholawat Allah maka tentunya akan dapat mencukupi semua keinginannya dan diampuni dosanya, inilah pengertia ucapan beliau. (Lihat: Jala’ Al AFhaam fi Fadhli Al Sholat Wa Al Salam ‘Ala Khoiril Anam, Ibnul Qayyim, tahqiq Zaid bin Ahmad Al Nasyiri, cetakan pertama tahun 1425H Dar ‘Alam Al Fawaaid, hal 76.)
4. Menyebut keutamaan dan kekhususan serta sifat, akhlak dam prilaku utama yang Allah berikan kepada
beliau, juga mu’jizat serta bukti kenabian untuk mengenal kedudukan dan martabat beliau n serta untuk mencontoh sifat dan akhlak beliau. Demikian juga untuk mengenalkan orang lain dan mengingatkan mereka tentang hal itu agar mereka semakin iman dan bertambah kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ibnul Qayyim rahimahullah ketika menyebutkan faedah yang didapat dari Sholawat untuk Nabi n menyatakan: Seorang ketika memperbanyak menyebut kekasihnya, mengingatnya dihati dan mengingat kebaikan-kebaikan dan factor-faktor yang menumbuhkan perasaan cinta kepadanya maka semakin berlipat ganda kecintaannya kepada kekasihnya tersebut dan bertambah rindu kepadanya serta menguasai seluruh hatinya. Apabila ia tidak sama sekali menyebutnya dan tidak mengingatnya dan mengingat kebaikan-kebaikan sang kekasih dihatinya maka akan berkurang rasa cinta dihatinya. Memang tidak ada yang dapat menyenangkannya lebih dari melihat kekasihnya tersebut dan tidak juga ada yang menyejukkan hatinya lebih dari menyebut dan mengingat sang kekasih dan kebaikan-kebaikannya. Apabila kuat hal ini dihatinya maka lisannya langsung akan memuji dan menyebut kebaikan-kebaikannya. Bertambah dan berkurangnya hal ini sesuai dengan bertambah dan berkurangnya rasa cinta dihatinya dan indera kita menjadi saksi kebenaran hal itu.
5. Bersikap sopan santun dan beradab dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam baik dalam menyebut nama atau memanggilnya, sebab Allah berfirman:
لا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain).Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (QS. AnNuur: 63)
Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan: Adab tertinggi terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah menerima penuh, tunduk patuh kepada perintahnya dan menerima beritanya dengan penuh penerimaan dan pembenaran tanpa ada penentangan dengan khayalan batil yang dinamakan ma’qul (masuk akal), syubhat, keraguan atau mendahulukan pendapat para intelektual dan kotoran pemikiran mereka, sehingga hany berhukum dan menerima, tunduk dan taat kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
6. Berharap melihat beliau dan rindu berjumpa dengannya walaupun harus membayarnya dengan harta dan keluarga. Tanda kecintaan ini dijelaskan langsung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau:

مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ
Diantara umatku yang paling mencintaiku adalah orang-orang yang hidup setelahku, salah seorang dari mereka sangat ingin melihatku walaupun menebus dengan keluarga dan harta. HR Muslim, kitab Al Jannah wa Shifat Na’imiha Wqa Ahliha, Bab Fiman Yawaddu Ru’yat Al Nabi Biahlihi wa malihi. No. 5060
Demikian juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ فِي يَدِهِ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أَحَدِكُمْ يَوْمٌ وَلَا يَرَانِي ثُمَّ لَأَنْ يَرَانِي أَحَبُّ إِلَيْهِ مَنْ أَهْلِهِ وَمَالِهِ
Demi Dzat yang jiwa Muhammad ditanganNya (Allah), pasti akan datang pada salah seorang dari kalian satu waktu dan ia tidak melihatku, kemudian melihat aku lebih ia cintai dari keluarga dan hartanya. HR Muslim, kitab Al Fadhoil, bab Fadhlu Al Nadzor Ila Nabi n wa Tamanihi no. 4359.
7. Nasehat untuk Allah, kitabNya, RasulNya dan pemimpin kaum muslimin serta umumnya kaum muslimin.
8. Belajar Al Qur’an, sinambung membacanya dan memahami maknanya. Demikian juga belajar sunnahnya, mengajarkannya dan mencintai ahlinya (ahlu sunnah). Imam Al Qadhi Iyaad rahimahullah menyatakan: Diantara tanda-tanda mencintai rasululloh adalah mencintai Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dan beliau mengambil petunjuk dan menunjuki (manusia) dengannya serta berakhlak dengannya sehingga A’isyah menyatakan:
إِنَّ خُلُقُ نِبِيِّ الله كَانَ القُرْآن
Sesungguhnya Akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Al Qur’an. HR Muslim, kitab Sholat Al Musafirin, Bab Jaami’ sholat Al Lail no.1233
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Janganlah seseorang menanyakan untuk dirinya kecuali Al Qur’an, apabila ia mencintai Al Qur’an maka ia mencintai Allah dan RasulNya”. (lihat: Huquq Al Nabi 1/343)
9. Mencintai orang yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam cintai, diantaranya:
a. Ahli baitnya (kerabat)
Imam Al Baihaqi rahimahullah berkata: “Dan masuk dalam lingkupan kecintaan kepada beliau n adalah mencintai ahli bait”.(lihat: Syu’abil Iman, Al Baihaqi 1/282) Sedangkan Ibn Taimiyah rahimahullah menyatakan: “Diantara ushul ahlus Sunnah wal Jama’ah , mereka mencintai ahli bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan memberikan loyalitas pada mereka serta menjaga wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang mereka.” (lihat: Majmu’ fatawa 3/407)
Kemudian beliau rahimahullah menyatakan: Ahlul bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki hak-hak yang wajib dipelihara, karena Allah menjadikan untuk mereka hak dalam Al Khumus, Al fei’ dan memerintahkan bersholawat untuk mereka bersama sholawat untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam . lalu mendefinisikan ahli bait dengan menyatakan: Ahli bait Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang diharamkan mengambil shodaqah, demikian pendapat imam Al Syaafi’I dan Ahmad bin Hambal serta yang lainnya dari para ulama.
b. Para istri beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah menjaga keutamaan dan hak-hak mereka dan meyakini mereka tidak sama seperti para wanita lainnya, sebab Allah telah membedakannya dalam firmanNya:
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, (QS. Al Ahzab: 32)
Dan menjadikannya sebagai ibu kaum mukminin dalam firmanNya:
وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ
Dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. (QS. Al Ahzaab: 6)
Demikian juga menjadikan pengharaman menikahi mereka setelah wafat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sampai hari kiamat dalam firmanNya:
وَمَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُؤْذُوا رَسُولَ اللَّهِ وَلا أَنْ تَنْكِحُوا أَزْوَاجَهُ مِنْ بَعْدِهِ أَبَدًا إِنَّ ذَلِكُمْ كَانَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمًا
Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) mengawini isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah. (QS. Al Ahzaab: 53)
Sehingga wajib bagi kita menjaga hak-hak mereka setelah mereka wafat, bersholawat untuk mereka bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan memohonkan ampunan bagi mereka serta menjelaskan pujian dan keutamaan mereka.
c. Para sahabat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam .
Imam Al Baihaqi rahimahullah menyatakan: Masuk dalam kecintaan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah cinta kepada para sahabat beliau, karena Allah telah memuji mereka dalam firmanNya:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الإنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Fath:29) dan firman Allah:
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (QS. Al-Fath:18).
Kemudian beliau rahimahullah menyatakan: “Apabila mereka (para sahabat) telah mendapatkan kedudukan ini, maka mereka memiliki hak dari jamaah muslimin untuk mencintai mereka dan mendekatkan diri kepada Allah dengan kecintaan kepada mereka, karena Allah apabila meridhoi seorang maka Dia mencintainya dan wajib atas seorang hamba untuk mencintai orang yang Allah cintai.” (Lihat: Syu’abil Iman Al Baihaqi 1/287)
Umat islam wajib mencintai sahabat, meridhoi mereka dan mendo’akan kebaikan untuk mereka, sebagaimana Allah perintahkan dalam firmanNya:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa:”Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang”. (QS. Al-Hashr:10)
Imam Al Baihaqi rahimahullah menyatakan: “Apabila telah jelas bahwa mencintai sahabat termasuk iman, maka mencintai mereka bermakna meyakini dan mengakui keutamaan-kutamaan mereka, mengetahui setiap mereka memiliki hak yang harus ditunaikan dan setiap yang perhatian kepada islam diperhatikan serta yang memiliki kedudukan khusus pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditempatkan pada kedudukannya dan menyebarkan kebaikan-kebaikan mereka serta mendoakan kebaikan untuk mereka dan mencontoh semua yang ada dalam permasalahan agama dari mereka. Tidak boleh mencari-cari kesalahan dan ketergelinciran mereka.” (lihat: Syu’abul Iman hal 297)
Sedangkan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam kitab Al Aqidah Al Wasithiyah menyatakan: “Diantara ushul (pokok ajaran) Ahlu Sunnah Wal Jamaah adalah selamat hati dan lisan mereka dari mencela para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana disifatkan Allah dalam firmanNya:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa:”Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang. (QS. Al-Hashr:10) dan mentaati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَوَ الَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
Janganlah kalian mencela para sahabatku, demi Allah seandainya salah seorang kalian berinfaq emas sebesar gunung uhud, tidak akan menyamai satu mud mereka dan tidak pula separuhnya.
Mereka (ahlu sunnah) menerima keutamaan-keutamaan dan martabat-martabat mereka yang telah dijelaskan dalam Al Qur’an dan As Sunnah serta ijma. Mereka juga mendahulukan orang yang berinfaq dan berperang sebelum Al fathu –perjanjian Hudaibiyah- atas orang yang berinfaq dan berperang setelah itu dan mendahulukan para muhajirin atas anshor serta beriman bahwa Allah telah berfirman kepada orang yang ikut serta perang Badar dan jumlah mereka tigaratus sekian belas orang: (Berbuatlah sesuka hati kalian, karena kalian sungguh telah diampuni). (Juga beriman) bahwa tidak ada seorangpun yang berbaiat dibawah pohon (bai’at ridwan) yang masuk neraka, bahkan Allah telah meridhoi mereka dan mereka ridhi kepada Allah dan jumlah mereka lebih dari seribu empat ratus orang. Mereka (ahlu sunnah) bersaksi bahwa orang yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam persaksikan sebagai ahli syurga seperti sepuluh orang yang dijanjikan masuk syurga (Al ‘Asyarah), Tsabit bin Qais bin Syammas dan sahabat-sahabat lainnya dan beriman dengan pernyataan Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib dan yang lainnya yang telah dinukil secara mutawatir bahwa sebaik-baik umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakar kemudian Umar dan menetapkan yang ketiga adalah Utsman dan yang keempat adalah Ali sebagaimana disebutkan dalam atsar dan para sahabat bersepakat mendahulukan Utsman dalam Bai’at dengan adanya sebagian ahlu sunnah pernah berselisih tentang Utsman dan Ali setelah kesepakatan mereka mendahulukan Abu bakar dan Umar, siapakah dari keduanya yang lebih utama? Sebagian orang mencahulukan Utsman dan diam atau menetapkan keempat adalah Ali dan sebagian lainnya mendahulukan Ali serta sebagian yang lainnya diam tidak bersikap. Namun perkara kaum muslimin telah tetap mendahulukan Utsman kemudian Ali, walaupun maslah ini –yaitu masalah Utsman dan Ali- bukan termasuk pokok dasar (ushul) yang digunakan untuk menghukumi sesat orang yang menyelisihinya menurut mayoritas Ahlu Sunnah. Akan tetapi yang digunakan untuk memvonis sesat adalah masalah kekhilafahannya. Hal itu karena kholifah setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Abu bakar kemudian Umar kemudian Utsman kemudian Ali. Siapa yang mencela kekhilafahan salah seorang dari mereka ini maka ia lebih sesat dari keledai. (Lihat: Majmu’ Fatawa 3/152-153 atau Syarah Al Aqidah Al Wasithiyah Min Kalami Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah, Kholid bin Abdullah Al Mushlih, cetakan pertama tahun 1421 H, Dar Ibnul Jauzi hal. 177-184).
10. Membenci orang yang Allah dan RasulNya benci, memusuhi orang yang memusuhi Allah dan rasulNya, menjauhi orang yang menyelelisihi sunnahnya dan berbuat kebid’ahan dalam agama dan merasa berat atas semua perkara yang menyelisihi syari’at. Allah berfirman:

لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka denga pertolongan yang datang daripada-Nya.Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya.Mereka itulah golongan Allah.Ketahuilah, bhwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung. (QS. Al-Mujaadilah: 22)
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Seorang mukmin wajib memusuhi karena Allah dan berloyalitas karena Allah. Apabila disana ada Mukmin maka wajib memberikan loyalotas kepadanya –walaupun ia berbuat dzolim- karena kedzoliman tidak memutus loyalitas iman, Allah berfirman:
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الأخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara keduanya.Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujuraat: 9-10)
Allah sebutkan persaudaraan walaupun terjadi peperangan dan perbuatan aniaya dan memerintahkan perdamaian diantara mereka. Sehingga diwajibkan memberikan loyalitas kepada mukmin walaupun ia mendzolimimu dan berbuat aniaya padamu sedangkan orang kafir wajib dimusuhi walaupun memberimu dan berbuat baik padamu. Hal ini karena Allah telah mengutus para Rasul dan menurunkan kitab suci agar agama ini semua untukNya, sehingga cinta, pemuliaan dan pahala untuk para waliNya sedangkan kebencian, kehinaan dan siksaan untuk para musuhNya. Apabila berkumpul pada seseorang kebaikan, keburukan dan kefajiran, ketaatan dan kemaksiatan, sunnah dan bid’ah, maka berhak mendapatkan loyalitas dan pahala sesuai dengan kebaikan yang dimilikinya dan berhak mendapatkan permusuhan dan siksaan sesuai dengan keburukan yang dimilikinya. Sebab berkumpul pada satu orang tersebut factor yang menghasilkan pemuliaan dan penghinaan, lalu berkumpul ini dan itu, seperti maling (pencuri) yang fakir dipotong tangannya karena mencuri dan diberi dari baitulmal sesuatu yang mencukupi kebutuhannya. Ini adalah dasar pokok (asal) yang disepakati Ahlu Sunnah wal jama’ah. (Lihat: Majmu’ Fatawa 27/208-209).

Demikianlah sebagian tanda dan bukti penting kecintaan kita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam semoga Allah memudahkan kita untuk mendapatkan dan merealisasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Wabillahi taufiq

Read more

Hakikat Cinta Nabi Muhammad SAW

HAKIKAT CINTA NABI SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengutus Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menjelaskan kandungan makna syahadatain dan memerintahkan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk memerangi manusia hingga bersaksi dengannya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ


"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai bersaksi, sesungguhnya tiada sesembahan yang benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah (syahadatain), menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan hal tersebut, maka terjaga dariku darah dan harta mereka, kecuali dengan hak Islam, dan hisab mereka pada Allah".[1]

Demikian juga Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan ketaatan kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai konsekwensi dari syahadatain dan jalan menuju kebahagian dan keselamatan di dunia dan akhirat. Allah akan memberikan balasan Surga bagi orang-orang yang taat kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Dijelaskan di dalam al Qur`an surat an Nisaa` ayat 13 : "Barangsiapa yang mentaati Allah dan RasulNya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Jannah yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar".

Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, ketaatan kepada Allah dan RasulNya merupakan pokok kebahagian dan keselamatan [2]. Karena, dengan diutusnya beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai Rasul Allah, maka manusia dapat membedakan kebenaran dan kebatilan dalam seluruh perkaranya.

Demikian tinggi dan agungnya kedudukan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam di sisi Allah, sehingga Allah mewajibkan kepada hamba-hambaNya beberapa hak dan kewajiban seputar beliau. Di antaranya, mencintai dan mengagungkannya melebihi diri hamba itu sendiri, bahkan melebihi kecintaan kita kepada orang lain selain beliau. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan, cinta kepada Raulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam termasuk kewajiban terbesar dalam agama.[3]

Disebutkan di dalam sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :


لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ رواه البخاري


"Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia".[4]

KEWAJIBAN MENCINTAI RASULULLAH[5]
Mencintai Rasulullah hukumnya wajib, bahkan termasuk kewajiban terbesar dalam agama. Tidak sempurna iman seorang hamba, kecuali dengannya. Oleh karena itu, Allah memerintahkan umat ini untuk mencintai Rasulullah melebihi dirinya, keluarga, harta dan seluruh manusia. Allah berfirman :

"Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik" [at Taubat : 24].

Al Qadhi Iyadh menyatakan, ayat ini cukup menjadi anjuran dan bimbingan serta hujjah untuk mewajibkan mencintai beliau n dan kelayakan beliau mendapatkan kecintaan tersebut, karena Allah menegur orang yang menjadikan harta, keluarga dan anaknya lebih dicintai dari Allah dan RasulNya dan mengancam mereka dengan firmanNya:

فتربصوأ حتى يأتى الله بأمره


(maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya), kemudian di akhir ayat menamakan mereka sebagai orang fasiq dan memberitahukan, bahwa orang tersebut termasuk sesat dan tidak mendapatkan petunjuk Allah.[6]

النبى أولى بالمنين من أنفسهم

"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri". [al Ahzab:6].
Ayat ini menunjukkan, orang yang tidak menjadikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih utama dari dirinya sendiri, maka dia termasuk bukan mukmin. Hal ini menunjukkan, bahwa kewajiban mencintai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melebihi dirinya sendiri.


والذتن ءامنوا أشد حبا لله
"Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah". [al Baqarah : 165].
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [Ali Imran : 31].

Allah telah menjadikan ittiba’ (mengikuti RasulNya) sebagai bukti dan dalil kebenaran cinta Allah. Hal ini dapat diwujudkan, hanya setelah iman kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan iman kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam harus terwujudkan syarat-syaratnya, di antaranya mencintai Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana diberitakan Abu Hurairah :

فَوَ الَذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِن وَلَدِهِ وَ وَالِدِهِ رواه البخاري


"Demi Dzat yang jiwaku di tanganNya. Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian, hingga menjadikan aku lebih ia cintai dari anaknya dan orang tuanya".[7]

Selain hadits Abu Hurairah ini, hadits-hadits yang memerintahkan demikian cukup banyak. Di antaranya seperti dalam hadits Umar bin Al Khaththab :

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ فَقَالَ لَهُ عُمَرُ فَإِنَّهُ الْآنَ وَاللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْآنَ يَا عُمَر ُ رواه البخاري


"Kami bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau dalam keadaan memegang tangan Umar bin Al Khaththab, lalu Umar berkata kepada beliau: "Wahai, Rasululah! Sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku," lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak, demi Dzat yang jiwaku di tanganNya, sampai aku lebih kamu cintai dari dirimu sendiri". Lalu Umarpun berkata: "Sekarang, demi Allah, sungguh engkau lebih aku cintai dari diriku sendiri," lalu Nabi n bersabda: "Sekarang, wahai Umar!" [8]
Juga hadits Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَمَنْ أَحَبَّ عَبْدًا لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَمَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ

"Tiga hal, yang apabila seorang memilikinya, maka akan mendapatkan manisnya; orang yang menjadikan Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari selainnya, orang yang mencintai seorang hamba hanya karena Allah, dan orang yang benci pada kekafiran setelah Allah selamatkan darinya sebagaimana benci dilemparkan ke Neraka".[9]
Juga hadits yang diriwayatkan sahabat Anas bin Malik lainnya yang berbunyi:


أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَائِمَةٌ قَالَ وَيْلَكَ وَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ قَالَ إِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ فَقُلْنَا وَنَحْنُ كَذَلِكَ قَالَ نَعَمْ فَفَرِحْنَا يَوْمَئِذٍ فَرَحًا شَدِيدًا متفق عليه


"Seorang penduduk badui menjumpai Rasulullah n dan bertanya: "Wahai, Rasulullah! Kapan hari Kiamat terjadi?" Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,"Apa yang telah engkau persiapkan untuknya?" Ia menjawab,"Aku tidak memiliki persiapan, kecuali aku mencintai Allah dan RasulNya," maka Rasulullah bersabda,"Sungguh, engkau bersama orang yang engkau cintai." Lalu kami berkata: "Demikian juga kami?" Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,"Ya." Maka kamipun pada hari itu sangat berbahagia".
Dalam riwayat Imam Muslim terdapat tambahan lafadz:


قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ

"Anas berkata: "Sungguh aku mencintai Allah, RasulNya, Abu Bakar dan Umar, lalu aku berharap bisa bersama mereka, walaupun aku belum beramal dengan amalan mereka". [10]

Masih banyak hadits-hadits yang menjelaskan wajibnya mencintai Rasulullah. Sehingga pantaslah bila Syaikhul Islam rahimahullah menyatakan, cinta Allah dan RasulNya termasuk kewajiban iman terbesar dan pokok, dan kaidah iman yang teragung. Bahkan ia merupakan landasan semua amalan iman dan agama.[11]
Read more

Amalan Rebo Wekasan Bulan Shafar


AMALIYAH REBO WEKASAN (3)
Oleh : Zainul Mustofa



وَقَالَ الشَّيْخُ الْبُوْنِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِ الْفِرْدَوْسِ:


WA QAALA ASYSYAIKH AL BUUNIYYU RAHIMAHULLAAHU TA’AALAA FII KITAABIL FIRDAUSI

Syeikh al Buni rahimahullah berkata dalam Kitab Al Firdaus

إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُنْزِلُ بَلَاءً فِيْ آخِرِ أَرْبِعَاءَ مِنْ صَفَرَ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ؛

INNALLAAHA ‘AZZA WA JALLA YUNZILU BALAA`AN FII AAKHIRI ARBI’AA`A MIN SHAFARA BAINASSAMAA`I WAL ARDHI
Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan bala` di akhir Rabu bulan Shafar antara langit dan bumi

فَيَأْخُذُهُ الْمُوَكَّلُ بِهِ وَيُسَلِّمُهُ إِلَى قُطْبِ الْغَوْثِ فَيُفَرِّقُهُ عَلَى الْعَالَمِ،

FA YA`KHUDZUHUU AL MUWAKKALU BIHII WA YUSALLIMUHUU ILAA QUTHBIL GHAUTSI FAYUFARRIQUHUU ‘ALAL ‘AALAM
Lalu diambil oleh yang ditugaskan dengannya dan diserahkan kepada Quthbul Ghauts , kemudian Quthbul Ghauts menyebarkannya ke penjuru alam


فَمَا حَصَلَ مِنْ مَوْتٍ أَوْ بَلَاءٍ أَوْ هَمٍّ إِلَّا وَيَكُوْنُ مِنَ الْبَلَاءِالَّذِيْ يُفَرِّقُهُ الْقُطْبُ؛

FAMAA HASHALA MIN MAUTIN AU BALAA`IN AU HAMMIN ILLAA WA YAKUUNU MINAL BALAA`I ALLADZII YFARRIQUHUU AL QUTHBU
Maka apa yang terjadi berupa kematian, bala` ataupun kesusahan adalah dari bala` yang disebarkan oleh Quthbul Ghauts tersebut

فَمَنْ يُرِدْ اَلسَّلَامَةَ مِنْ ذَلِكَ فَلْيُصَلِّ سِتَّ رَكَعَاتٍ

FA MAN YURID ASSALAAMATA MIN DZAALIKA FAL YUSHALLI SITTA RAKA`AATIN
.
Barang siapa ingin selamat dari semua itu maka shalatlah enam rakaat

يَقْرَأُ فِي الْأُوْلَى بِأُمِّ الْقُرْآنِ وَآيَةِ الْكُرْسِيِّ، وَفِي الثَّانِيَةِ سُوْرَةَ الْإِخْلَاصِ

YAQRA`U FIL UULAA BI UMMIL QUR`AANI WA AAYATIL KURSIYYI
WA FITSTSAANIYATI SUURATAL IKHLAASHI FII KULLI RAK’ATIN
Pada rakaat pertama dia membaca Surat Al Fatihah dan Ayat Kursi
Pada rakaat kedua membaca (Surat Al Fatihah) dan Surat Al Ikhlash

ثُمَّ يُصَلِّيْ عَلَى النَّبِيِّ - صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - بِأَيِّ صَلَاةٍ،

TSUMMA YUSHALLII ‘ALANNABIYYI SHALLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM BI AYYI SHALAATIN
Kemudian (usai Salam) dia membaca shalawat atas Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dengan bacaan shalawat manapun

ثُمَّ يَدْعُوْ بِهَذَا الدُّعَاءِ

TSUMMA YAD’UU BIHAADZADDU’AA`I
Kemudian berdoa dengan doa ini

فَيَقُوْلُ:

FA YAQUULU
Dia membaca:
 
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَسْمَائِكَ الْحُسْنَى وَبِكَلِمَاتِكَ التَّامَّاتِ وَبِحُرْمَةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَحْفَظَنِيْ وَأَنْ تُعَافِيَنِيْ مِنْ بَلَائِكَ يَا دَافِعَ الْبَلَايَا يَا مُفَرِّجَ الْهَمِّ وَيَا كَاشِفَ الْغَمِّ اِكْشِفْ عَنِّيْ مَا كُتِبَ عَلَيَّ فِيْ هَذِهِ السَّنَةِ مِنْ هَمٍّ أَوْ غَمٍّ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
وَصَلَّى اللهُ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا

ALLAAHUMMA INNI AS`ALUKA BI ASMAA`IKAL HUSNAA WA BIKALIMAATIKATTAAMMAATI WA HURMATI NABIYYIKKA MUHAMMADIN SHALKLALLAAHU ‘ALAIHI WASALLAM AN TAHFAZHANII WA AN TU`AAFIYANII MIN BALAA`IKA YAA DAAFI’AL BALAAYAA YAA MUFARRIJALHAMMI WA YAA KAASYIFAL GHAMMI IKSYIF ‘ANNII MAA KUTIBA ‘ALAYYA FII HAADZIHISSANATI MIN HAMMIN AU GHAMMIN INNAKA ‘ALAA KULLI SYAI`IN QADIIR
Ya Allah, Sesungguhnya hamba memohon Engkau dengan Asma Engkau yang bagus, dan kalimah Engkau yang sempurna, dan dengan kehormatan Nabi Engkau, Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, agar Engkau menjaga hamba, Engkau melindungi hamba dari bala Engkau, Wahai Dzat Yang menolak segala bala, wahai Dzat Yang menghilangkan kesedihan, Wahai Dzat yang melenyapkan kesusahan, hilangkan dari hamba perkara yang ditulis atas hamba didalam tahun ini berupa kesedihan atau kesusahan. Sesungguhnya Engkau Maha kuasa atas segala sesuatu
WA SHALLALLAAHU ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALIHII WASHAHBIHII WASALLAMA TASLIIMAA
Semoga Allah mencurahkan rahmat dan salam sebenar-benar salam atas penghulu kami, Nabi Muhammad, keluarga beliau, dan shahabat beliau.
INGAT! AMALIYAH REBO WEKASAN INI BUKAN IBADAH MASYRU’IYAH Bersambung, Insya Allah
Read more

Amaliyah Rebo Wekasan Bulan Shafar (2)


AMALIYAH REBO WEKASAN (2)
Oleh : Zainul Mustofa

وَقَالَ الْعَلَّامَةُ الشَّيْخُ الدَّيْرَبِيُّ فِيْ مُجَرَّبَاتِهِ

Al Allamah Syeikh Ad Dairabi berkata dalam Mujarrabatnya


فَائِدَةٌ

FAIDAH


ذَكَرَ بَعْضُ الْعَارِفِيْنَ مِنْ أَهْلِ الْكَشْفِ وَالتَّمْكِيْنِ أَنَّهُ يَنْزِلُ فِيْ كُلِّ سَنَةٍ ثَلَاثُمِائَةِ أَلْفِ بَلِيَّةٍ وَعِشْرُوْنَ أَلْفًا مِنَ الْبَلِيَّاتِ، وَكُلُّ ذَلِكَ فِيْ يَوْمِ الْأَرْبِعَاءِ الْأَخِيْرِ مِنْ صَفَرَ؛ فَيَكُوْنُ ذَلِكَ الْيَوْمُ أَصْعَبَ أَيَّامِ السَّنَةِ؛


Sebagian orang yang ma’rifat dari ahli kasyaf dan tamkin menyebutkan: setiap tahun, turun 320.000 cobaan. Semuanya itu pada hari Rabu akhir bulan Shafar, maka pada hari itu menjadi sulit-sulitnya hari di tahun tersebut.


فَمَنْ صَلَّى فِيْ ذَلِكَ الْيَوْمِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ مِنْهَا بَعْدَ الْفَاتِحَةِ سُوْرَةَ (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ) سَبْعَ عَشْرَةَ مَرَّةً وَالْإِخْلَاصِ خَمْسَ مَرَّاتٍ، وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ مَرَّةً مَرَّةً، وَيَدْعُوْ بَعْدَ السَّلَامِ بِهَذَا الدُّعَاءِ حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى بِكَرَمِهِ مِنْ جَمِيْعِ الْبَلَايَا الَّتِيْ تَنْزِلُ فِيْ ذَلِكَ الْيَوْمِ، وَلَمْ تَحُمْ حَوْلَهُ بَلِيَّةٌ مِنْ تِلْكَ الْبَلَايَا إِلَى تَمَامِ السَّنَةِ


Barang siapa shalat pada hari itu 4 rakaat, yang mana setiap satu rakaat sesudah surat Al Fatihah dia membaca:

- Surat Innaa A’thainaakal Kautsar 17 kali
- Surat Al Ikhlash 5 kali
- al Mu’awwidzatain (Surat Al Falaq dan Surat Annaas) masing-masing satu kali
Maka Allah Ta’ala dengan kemurahan_Nya menjaga orang tersebut dari semua bala` yang turun pada hari itu, dan satu bala` dari bala` - bala` tersebut tidak mengitarinya sampai akhir tahun.


وَالدُّعَاءُ الْمُعَظَّمُ هُوَ

Doa yang agung tersebut ialah:


بِسْــمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM

Dengan menyebut asma Allah Yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang


وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ،


WA SHALLAAHU TA’AALAA ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALIHII WA SHAHBIHII WASALLAM
Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan salawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad dan atas keluarga serta para sahabat beliau


اَللّـٰـهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوٰى ، وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ ، يَا عَزِيْزُ ، يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ ، اِكْفِـنِيْ مِنْ شَرِّ جَمِيْعِ خَلْقِكَ ، يَا مُحْسِنُ ، يَا مُجَمِّلُ ، يَا مُتَفَضِّلُ ، يَا مُنْعِمُ ، يَا مُتَكَرِّمُ، يَا مَنْ لآَ إِلٰـهَ إِلاَّ أَنْتَ ، اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.


ALLAAHUMMA YAA SYADIIDAL QUWAA WA YAA SYADIIDAL MIHAAL WA YAA 'AZIIZ DZALLAT LI'IZZATIKA JAMII'U KHALQIKA IKFINII MIN JAMII'I KHALQIKA YAA MUHSINU YAA MUJAMMILU YAA MUTAFADLDLILU YAA MUN'IMU YAA MUKRIMU YAA MAN LAA ILAAHA ILLAA ANTA BIRAHMATIKA YAA ARHAMARRAAHIMIIN

Ya Allah Wahai Yang Maha Kuat kekuatan-Nya, wahai Yang sangat rekadaya-Nya, wahai Yang Maha Perkasa yang mana kepada keperkasaan-Mu tunduklah segala makhluk, cukupkanlah aku dari segala makhluk-Mu, wahai Yang Maha Baik, wahai Yang Maha Memperindah, wahai Yang Maha Memberi karunia, wahai Yang Maha Memberi nikmat, wahai Yang Maha Memulyakan, wahai Yang tiada Tuhan selain Engkau, kasihilah aku dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.


اَللّـٰـهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِـيْهِ وَأُمِّـهِ وَبَنِيْـهِ اِكْفِـنِيْ شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ . يَا كَافِيْ (فَسَـيَكْفِيْـكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ) ، وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ


ALLAAHUMMA BISIRRIL HASAN WA AKHIIHI WA JADDIHII WA ABIIHI IKFINII SYARRA HAADZAL YAUMI WAMAA YANZILU FIIHI YAA KAAFI { FASAYAKFIIKAHUMULLAAHU WAHUWASSAMII'UL 'ALIIM } WAHASBUNALLAAHU WANI'MAL WAKIIL WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL 'ALIYYIL 'AZHIIM

Ya Allah, dengan rahasia yang ada pada sayyid Hasan, saudaranya (Sayyid Husein) , kakeknya (Nabi Muhammad shallallaahu ‘Alaihi wasallam) , ayahnya (sayyidina Ali) ,ibunya (Sayyidah Fathimah), serta keturunannya jauhkanlah hamba dari keburukan hari ini dan keburukan yang turun di dalamnya, wahai Dzat Yang mencukupi
( Allah akan mencukupi kamu sekalian dan Allah Maha mengetahui lagi Maha mendengar).

Dia adalah sebaik-baik Dzat Yang mencukupi dan menguasai, tiada daya dan kekuatan selain hanya dari Allah yang maha Agung dan maha Luhur


وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آٰلِـهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.


WASHALLALLAAHU 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA'ALAA AALIHII WASHAHBIHII WASALLAM .

Dan semoga Allah Ta'ala mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kita Nabi
Muhammad beserta keluarga dan para shahabat beliau

Tata cara amaliyahnya :
 UNDUH DI SINI
INGAT! AMALIYAH REBO WEKASAN BUKAN IBADAH MASYRU’IYAH
Insya Allah, bersambung
Read more

Amalan Rebo Wekasan Bulan Shofar (1)

بسم الله الرحمن الرحيم

AMALIYAH REBO WEKASAN
Muqaddimah

Syeikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Quds ( wafat tahun 1363 H) berkata dalam Kitab Kanzunnajah Wassuruur Fil Ad’iyah Allatii Tasyrahushshuduur halaman 20 s/d 24 dan 42 s/d 46

.....
فَاعْمَلْ يـَا أَخِيْ بِـكُلِّ مَا فِيْ هَذَا الْكِتَابِ [كَنْزِ النَّجَاحِ وَالسُّرُوْرِ، مِنَ الْأَدْعِيَةِ الَّتِيْ تَشْرَحُ الصُّدُوْرَ] فَإِنَّهَا كَثِيْرَةُ الْفَوَائِدِ


maka amalkanlah, wahai saudaraku, doa-doa yang terdapat dalam kitab ini, Kanzunnajaah wassuruur minal ad’iyati allatii tasyrahushshuduur.
Karena doa-doa tersebut banyak faedahnya

وَاعْمَلْ بِهَذَا الْمَطْلَبِ، وإِنَّمَا الَّذِيْ يَضُرُّكَ لَوْ اِعْتَقَدْتَ مَعَ الْعَمَلِ بِهَا ثُبُوْتَ وُرُوْدِهَا عَنِ النَّبِيِّ الْأَفْخَمِ، لِئَلَّا تَنْسِبَ إلَيْهِ مَا لَمْ يَقُلْهُ صَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَتَدْخُلَ فِي الْحَدِيْثِ الْوَارِدِ عَنِ نَبِيِّنَا الْمُخْتَارِ؛ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ


Amalkanlah anjuran ini.
Adapun yang membahayakan anda adalah ketika anda meyakini terbukti datangnya doa-doa tersebut dari Nabi yang agung , agar anda tidak menisbatkan sesuatu yang tidak disabdakan oleh beliau shallallaahu Ta’ala ‘alaihi wasallam, maka anda masuk didalam hadits yang datang dari Nabi kita yang terpilih:
“Barang siapa berdusta atas saya dengan sengaja maka hendaklah dia menempatkan tempat duduknya di neraka”

فَاعْمَلْ بِهَا حِيْنَئِذٍ مُعْتَمِدًا عَلَى اللهِ، غَيْرَ مُلْتَفِتٍ إِلَى مَا سِوَاهُ،


Maka amalkanlah doa-doa tersebut,dengan bergantung kepada Allah, tanpa memperdulikan lain-Nya

لَا عَلَى أَنَّهَا مَرْوِيَّةٌ يَقِيْنًا عَنِ النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ، عَلَيْهِ أَفْضَلُ الصَّلَاةِ وَأَزْكَى التَّسْلِيْمِ،


Bukan meyakini doa-doa tersebut dari Nabi yang mulia –‘alaihi afdhalushshalaati wa azkattasliim-


اِقْتِدَاءً بِالسَّلَفِ الصَّالِحِ الَّذِيْنَ كَانُواْ يَفْعَلُوْنَهَا، وَيَحُضُّوْنَ عَلَيْهَا، تَبَرُّكًا بِعَمَلِهِمْ النَّاجِحِ،


Karena mengikuti salaf shalih yang mana mereka mengamalkannnya dan menganjurkannya, karena tabarruk dengan amal mereka yang sukses


وَتَأَسِّيًا بِالسَّادَةِ الصُّوْفِيَّةِ،

Dan karena meneladani saadat ulama sufi


وَامْتِثَالًا لِقَوْلِ مَنْ أَوْصَى بِهَا، وَتَيَمُّنًا بِأَفْعَالِهِمْ اَلْمَرْضِيَّةِ،


Dan karena mematuhi ucapan ulama yang berpesan dengan doa-doa tersebut, karena ‘ngalap barokah’ dengan af’al mereka yang diridhai


نَفَعَنَا اللهُ تَعَالَى بِهِمْ أَجْمَعِيْنَ، وَوَفَّقَنَا وَإِيَّاكَ لِمَا يُحِبُّهُ وَيَرْضَاهُ آمِيْنَ.


Semoga Allah Ta’ala memberi manfaat kepada kami dengan mereka semuanya.
Dan semoga Allah menolong kami dan anda kepada apa yang dicinta-Nya dan diridhai-Nya.
Amin.


INGAT! AMALIYAH REBO WEKASAN BUKAN IBADAH MASYRU’IYAH
Tata cara amaliyahnya :
 UNDUH DI SINI .
Bersambung, Insya Allah
 
Read more

Ramalan Heroskop

Ramalan ini hanya untuk mengisi waktu luang, sekedar hiburan. Jangan diyakini seratus persen. Sekedar untuk perbandingan saja. Semua atas kehendak Allah SWT. Ingat Syirik jika anda percaya terhadap ramalan ini.

Read more

Data Siswa Tahun Pelajaran 2009/2010


Bagi siswa alumni MI NU Nahdlatus Shibyan Ngemplak Undaan Kudus angkatan tahun 2009/2010 yang ingin mengenang saat moment Muwadda'ah bisa dicopy paste Data berikut di bawah ini. Jangan lupa isi komentar dan buku tamu.
Nomor Nama Peserta
Urut NISN NIS
1 9962552525 874 M. Abdul Rohman
2 9972458753 905 Joko Suprayitno
3 9982416515 906 Khoirina Muqtafiya
4 9992431636 913 Afrokhul Anam
5 9982416508 916 Al-Azhar
6 9982416511 917 Diyah Putri Aulia
7 9992431646 919 Fina Rohmawati
8 9982416514 921 M. Kharis Mahfudhi
9 9982416517 922 Kuncoro Bagas Fajri
10 9982416516 923 Khoirur Rozaq
11 9982416518 924 Labib Muzakki
12 9982416519 925 Muhammad Faisal
13 9982416520 926 Moh. Ilham Aufa
14 9982416521 927 M. Kharis Naufa
15 9982416522 928 M. Khofidhur Rozaq
16 9982416523 929 Moh. Lutfi Maulana
17 9982416525 930 Muhayyatul Yusro
18 9982416524 931 Moh Rizqi Maulana
19 9992431650 932 Moh Nor Hidayat
20 9972458754 933 Nor Azizatus Sholihah
21 9982416527 934 Rahayu Setyaningrum
22 9982416529 936 Siti Sholikhah
23 9982416530 937 Tri Setya Ningsih
24 9982416531 938 Zafi Asroril Bahiroh
Read more

Data Siswa Tahun Pelajaran 2012/2013


Bagi siswa alumni MI NU Nahdlatus Shibyan Ngemplak Undaan Kudus angkatan tahun 2012/2013 yang ingin mengenang saat moment Muwadda'ah bisa dicopy paste Data berikut di bawah ini. Jangan lupa isi komentar dan buku tamu.
Nomor Nama Peserta
Urut NISN NIS
1 13698957 993 Abda Al Muhtadi Billah
2 13698975 997 Abdul Chalim
3 9982416507 939 Abdul Hasan Shodiq
4 1679445 960 Ahmad Alwi Shidiq
5 13698968 996 Ahmad Khoiri Shofa
6 13698987 998 Ahmad Luthfi Fathoni
7 9992431638 941 Ahmad Supriyadi
8 13698964 1001 Alfina Aristiani
9 13698972 994 Asfanus Suyuti
10 13698981 1002 Ayyun Malidatus Sholihah
11 13698988 1004 Burhanuddin Al Qudsyi
12 13698960 1003 Burhanuddin Robbani
13 13698973 1006 Elma Anggraeni
14 13698956 964 Eva Nafsiyah
15 13698959 965 Feni Yakiyatul Ifriza
16 13698962 1008 Izzatun Nisa'
17 13698976 1011 Lili Zayidhati Ni'mah
18 13698978 1015 Nadila Fitriya Shofa
19 13698983 1014 Nazilatul Izzah
20 13698967 1012 Novia Dewi Putri
21 13698969 1013 Nurin Afifatul Luqyana
22 13698985 1017 Rifki Andri Gunawan
23 10138071 983 Rosalia Amalia
24 13698974 1020 Shelachuddin Aufa
25 10138072 987 Siti Rohmah
26 13698966 1018 Siti Wahyuni
27 13698986 1019 Sittun Nisa'
28 13698971 1021 Taufiqur Rohman
29 10138073 988 Titis Nuroini
30 13698958 1022 Umi Hani'atul Fauziyah
31 13698984 1023 Wahhab Rizqus Syihab
Read more

Temukan Saya di Facebook